• SEJARAH SUBANG

    Seperti halnya daerah lain, wilayah Subang juga telah mengalami berbagai fase sejarah yang unik. Bebagai fase sejarah yang telah dilalui tersebut telah membentuk wajah Subang saat ini...

  • PESONA SUBANG

    Pesona daerah Ciater, Subang, Jawa Barat bukan hanya pemandian air panasnya saja. Keindahan panorama lereng Gunung Tangkuban Perahu menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Menanti munculnya sang fajar adalah waktu yang sangat tepat Anda berkunjung ke sini...

  • MUSEUM WISMA KARYA

    Ulang tahun Subang baru saja berlalu begitu saja, dan tak banyak orang yang tahu catatan sejarah mengapa tanggal itu dijadikan hari lahir kota ini. Padahal, tepat di pusat kota ini, di titik paling strategis di kota ini, hal itu dapat ditelusuri...

  • WONDERFUL SUBANG

    Subang, sebuah kota unik di pesisir utara pulau jawa. Kota ini memiliki landscape yang lengkap mulai deretan pegunungan di sebelah selatan, dataran rendah di tengah dan hamparan pantai di utara jawa (Pantura) di tambah denga kekayaan flora dan fauna yang menakjubkan. Beragam seni budaya yang dimilikinya menjadikan Subang kota yang memilki potensi pariwisata yang besar untuk berkembang...

Berbagi Informasi Sadaya Perkawis Subang di kotasubang.com

Seluruh isi blog ini telah dialihkan ke www.kotasubang.com . Mari saling informasi sadaya perkawis Subang di Twitter @kotasubang

Wirausahawan Penjual Paket Jamban

Subang, 63 juta penduduk Indonesia masih buang air besar (BAB) sembarangan. Praktik ini tak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga ekonomi. Untuk mengurangi jumlah tersebut, Bank Dunia pun membina pengusaha-pengusaha sanitasi.

Pengusaha atau wirausaha sanitasi binaan WSP (World Bank's Water and Sanitation Program) adalah pengusaha sanitasi lokal dengan model bisnis layanan sanitasi satu atap, mengerjakan konstruksi jamban sehat dan aman, serta menawarkan skema cicilan pembiayaan jamban.

Pelatihan, fasilitasi, dan pembinaan wirausaha sanitasi lokal saat ini dilakukan WSP di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu yang telah dilatih dan langsung terjun ke masyarakat adalah Warga (48 tahun), pengusaha sanitasi asal Desa Ponggang, Subang, Jawa Barat.

Warga atau yang juga dikenal dengan nama Edo, mengatakan bahwa masih banyak warga di desanya yang melakukan praktik BAB sembarangan, baik di kebun atau sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki jamban sendiri. Akibatnya, kotoran-kotoran manusia mencemari badan air, sungai dan tanah. Kasus diare pun banyak terjadi.

"Pertama ikut pelatihan wirausaha WSP di Jombang, Jatim, 29 April sampai 3 Mei 2012. 16 Juni 2012 sudah mulai bikin jamban. Alhamdulillah sekarang sudah bikin 105 jamban," tutur Warga, saat ditemui di kediamannya di Desa Ponggang, Serangpanjang, dalam rangka kunjungan 'Hari Air Sedunia 2013', Subang, Jawa Barat, Senin (20/3/2013).

Warga yang dulunya bekerja sebagai petani pun kini beralih profesi menjadi seorang pengusaha sanitasi. Tak tanggung-tanggung, penghasilannya naik hingga 50 persen.

Jamban yang dibuat Warga adalah jamban sehat dan aman. Ia melayani sanitasi satu atap, artinya konsumen hanya tinggal memesan kemudian semua bahan material hingga pengerjaan dilakukan oleh tim dari Warga. Konsumen tak perlu repot-repot ke kota untuk mencari material dan mencari tukang sendiri, karena semuanya sudah ditangani oleh tim Warga.

Warga hanya butuh sehari untuk membuat satu jamban, lengkap dengan pemasangan toilet dan septic tank. Selain lebih cepat, jamban buatan Warga pun lebih murah.

"Kalau bikin lubang sendiri, itu pakai bata kotak. Bisa habis 2-3 juta. Pakai SMP (Sanitasi Masyarakat Ponggang) hanya Rp 600 ribu sampai Rp 1,150 juta. Karena kebanyakan yang belum punya jamban adalah masyarakat miskin, jadi ada juga yang bayarnya nyicil, dulu saya kasih sampai 10 bulan, sekarang 3 bulan,"jelas Warga.

Berkat usaha Warga, kini sebagian besar penduduk Desa Ponggang sudah memiliki jamban sendiri dan tak lagi BAB sembarangan. Kasus pencemaran dan dampak kesehatan pun mulai berkurang. Ada empat paket jamban yang ditawarkan, tipe yang paling umum mencakup:
  1. kloset leher angsa keramik
  2. Lubang penampung sedalam 1,5 meter
  3. Lubang resapan sedalam 0,5 meter dengan diameter 80 centimeter
  4. Dibuat dengan konstruksi semen cor menggunakan cetakan fiberglass
  5. Dicor langsung di lokasi
  6. Konsumen terima jadi termasuk jasa konstruksi plus mencakup biaya bunga cicilan.

Sumber : Detik

Gurih Pedas, Sup Ikan Khas Subang

Jika hendak berkunjung ke Kabupaten Subang dari arah Bandung, tak ada salahnya mencoba sup ikan khas Subang. Ada dua rumah makan di Jalan Cagak, Kabupaten Subang  yang menyuguhkan sup ikan air tawar yaitu Rumah Makan (RM) Sangkuriang dan RM Abah. 

Di RM Abah tersedia sup ikan gurame, nila dan mas. Masing-masing, memiliki cita rasa kelezatan yang berbeda.  "Sup ikan gurame tulang durinya tidak banyak. Sup ikan mas cukup banyak dan sup ikan nila tidak jauh beda seperti ikan gurame," kata Juru Masak RM Abah, Solehudin, belum lama ini.

Rasa dominan dari sup ikan versi RM Abah ini diantaranya, bumbu racikan untuk sup, rasa gurih mendominasi, dengan kuah yang bening bercampur minyak. "Minyak itu sebenarnya dari ikan yang sebelum di bikin sup, digoreng terlebih dulu. Kalau ikan tidak digoreng dulu, nanti dagingnya hancur. Sup ikan ini lebih mengedepankan pada kualitas rasa bumbu," kata dia.

Di RM Abah ini, kuah sup ikan yang bening serta rasa gurih yang mendominasi, berpadu dengan rasa pedas merica yang menyegarkan plus aroma saledri dalam kuahnya.



"Resep bumbu sup ikan ini asli dari Abah, pemilik tempat makan ini. Sup ikan ini dijual per ekor, untuk sup ikan gurame ini dibanderol Rp 70.000, ikan nila Rp 50.000, dan ikan mas Rp 25.000 per potongnya," kata Soleh.

RM Sangkuriang, juga menawarkan menu sup ikan  gurame, nila, dan mas. Manager Operasional RM Sangkuriang, Erwin Saleh mengatakan bahwa ikan air tawar di Subang berbeda dengan ikan-ikan lainnya. Sehingga, karena itulah ikan tawar di selatan Subang ini lebih nikmat diolah dengan sup hingga kemudian dinamakan sup ikan.

"Ikan air tawar di Subang itu berbeda dengan ikan lain pada umumnya. Selain itu, ikan yang akan disup diambil langsung dari kolam peternakan ikan khusus dan bukan ikan yang diambil dari mesin pendingin," kata Erwin.

Sup ikan yang paling diminati  sup ikan gurame dan nila, karena dua jenis ikan ini tidak banyak duri halus di tubuhnya, tidak seperti ikan mas.

"Yang istimewa dari sup ikan di sini adalah menggunakan honje yang berpengaruh memberikan rasa segar dari kuah sup ikan tersebut," ujarnya.

Mita (27), karyawan RM Sangkuriang menambahkan, dari semua jenis sup ikan yang ditawarkan, sup ikan gurame menjadi primadona di tempat ini.

Ikan gurame tidak memiliki banyak tulang, sangat nikmat dihidangkan dengan kuah bening disertai racikan bumbu khas restoran itu. Kuah sup ikan yang dilengkapi bawang daun, bawang merah dan bawang putih, serta tambahan surawung, menjadikan sup ikan ini segar dalam setiap kunyahannya.

"Sup ikan di sini bening dan tidak banyak tambahan bumbu macam-macam. Ada ramuan khas dari pemilik rumah makan ini," kata Mita (27).

Mita menegaskan, sup ikan ini langsung dari peternakan yang ada di sekitar rumah makan tersebut, bukan ikan yang dibekukan di lemari es.

"Ikannya masih ikan segar karena ketika dipesan, ikannya langsung ngambil di kolam ternak kemudian diolah menjadi sup ikan," kata Mita.

Di RM Sangkuriang ini sup ikan gurame dibanderol Rp 11.000 per ons, sementara untuk sup ikan nila Rp 10.000 per ons, dan sup ikan mas Rp 9.000 per onsnya. 


Sup Ikan Khas Kabupaten Subang
RM Abah: Jl Raya Subang - Ciater Km 11,5  Kecamatan Cijambe
RM Sangkuriang: Jl Raya Subang - Ciater Km 11 Kecamatan Cijambe

Sumber   : Tribun Jabar
Penulis   : @langitmegabiru