• SEJARAH SUBANG

    Seperti halnya daerah lain, wilayah Subang juga telah mengalami berbagai fase sejarah yang unik. Bebagai fase sejarah yang telah dilalui tersebut telah membentuk wajah Subang saat ini...

  • PESONA SUBANG

    Pesona daerah Ciater, Subang, Jawa Barat bukan hanya pemandian air panasnya saja. Keindahan panorama lereng Gunung Tangkuban Perahu menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Menanti munculnya sang fajar adalah waktu yang sangat tepat Anda berkunjung ke sini...

  • MUSEUM WISMA KARYA

    Ulang tahun Subang baru saja berlalu begitu saja, dan tak banyak orang yang tahu catatan sejarah mengapa tanggal itu dijadikan hari lahir kota ini. Padahal, tepat di pusat kota ini, di titik paling strategis di kota ini, hal itu dapat ditelusuri...

  • WONDERFUL SUBANG

    Subang, sebuah kota unik di pesisir utara pulau jawa. Kota ini memiliki landscape yang lengkap mulai deretan pegunungan di sebelah selatan, dataran rendah di tengah dan hamparan pantai di utara jawa (Pantura) di tambah denga kekayaan flora dan fauna yang menakjubkan. Beragam seni budaya yang dimilikinya menjadikan Subang kota yang memilki potensi pariwisata yang besar untuk berkembang...

Subang Pecahkan Rekor MURI dan Dunia Sisingaan Terbanyak


 Pemecahan Rekor MURI Sisingaan

 Lebih dari 100 sisingaan yang  diusung oleh lebih dari 400 orang penari tadi pagi (23/02/2012) berhasil memecahkan rekor MURI sebagai tari Sisingaan dengan jumlah terbanyak di dunia. Pemecahan rekor MURI ini dilakukan di alun-alun kota Subang, Jawa Barat yang merupakan tempat asal muasal kesenian ini lahir.


 Para Penari Sisingaan Membentuk Formasi


Dalam acara itu para penari menampilkan gerak tari yang serempak dan membuat beberapa formasi gerak. Diantaranya mereka membuat formasi angka 64, yang menunjukkan usia kabupaten Subang saat ini. Selain itu mereka juga membuat formasi piramida menyerupai benteng pancasila, yang merupakan ikon kota Subang.

 Ratusan Penari Sisingaan Membentuk Formasi


Yang menarik dalam acara ini adalah para penari yang terlibat berasal dari berbagai profesi dari mulai seniman hingga anggota TNI yang dengan kompak bersatu demi tercapainya rekor MURI tersebut. Mereka telah berlatih bersama dalam sepekan terakhir.

 TNI Turut Serta Bersama Masyarakat Dalam Pemecahan Rekor MURI

 Para Tokoh Nasional Turut Serta Memeriahkan Suasana

Dalam acara ini juga hadir beberapa tokoh nasional, diantaranya  Dr. Akbar Tanjung, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farid, beberapa anggota DPR RI dan para kepala pemerintahan Kota/Kabupaten tetangga Subang.(Budiana)

Berpetualang ala Indiana Jones di Curug Cileat, Subang

Jalan setapak, kicauan burung, dan kawanan monyet yang bergelantungan di pepohonan membuat kami merasa berada dalam film Indiana Jones. Hanya saja, ini adalah jalan menuju Curug Cileat yang ada di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
 Curug Cileat, Subang

Dari Kota Subang, arahkan kendaraan Anda ke arah selatan, menuju Desa Mayang di Kecamatan Cisalak. Curug Cileat berada di kawasan perbukitan desa ini.S etelah kendaraan di parkir di kaki bukit, petualangan seru akan dimulai!
Pematang sawah menjadi jalur pertama yang kami lewati. Tak jauh dari situ, mengalir sungai jernih berarus deras yang hulunya berada di puncak Curug Cileat. Suara gemuruh air sungai itu masih terdengar hingga kami memasuki jalan setapak di tengah hutan.
Lambat laun, suara gemuruh itu digantikan oleh suara kicauan burung. Alangkah imut suara mereka, bersahutan diselingi teriakan monyet-monyet liar. Para monyet itu bergelantungan di atas pohon, sesekali melihat ke arah kami.
Di perjalanan, kami berpapasan dengan para petani yang memiliki sawah di lereng bukit. Kadang ada pula yang tengah menggembala kerbau.
Setelah melewati jalan setapak yang cukup panjang dengan kontur tanjakan, kami sampai di sebuah air terjun. Tunggu dulu, bukan ini yang disebut dengan Curug Cileat. Air terjun (yang  dalam bahasa Sunda disebut Curug) ini tidak terlalu besar. Bisa menjadi lokasi istirahat sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Curug Cileat. Cuci muka di air dinginnya sangat menyegarkan!

 Curug Sebelum Curug Cileat

Perjalanan selanjutnya lebih menantang. Suasana hutan tropis makin kental. Kami melewati jalan setapak yang berada di antara tebing dan jurang yang kadang dalam. Suasana menjadi sedikit gelap karena rimbunan pohon yang semakin rapat.
Bagi Anda yang kehabisan air minum, tak perlu khawatir karena di dinding tebingnya banyak sumber air yang memancar. Tentu saja air ini bisa langsung diminum. Murni dan segar!
Kami sampai pada air terjun berikutnya. Lagi-lagi, bukan inilah Curug Cileat yang dimaksud. Kami beristirahat sambil menikmati keindahan air terjun. Kami tak berlama-lama istirahat karena Curug Cileat yang menjadi tujuan utama masih lumayan jauh.
 Sawah Berundak, Sebelum Curug Cileat

Dari sini, kami melewati hamparan sawah berundak. Pemandangannya serupa dengan pesawahan di Ubud, Bali! Di tengah sawahnya, terdapat sebuah saung yang juga dijadikan tempat pengolahan gula aren oleh petani setempat. Anda juga bisa istirahat di saung ini, sambil menyaksikan aktivitas para petani.
Jarak darai saung ini menuju Curug Cileat tinggal satu kilometer lagi. Mulai dari sini, kawanan monyet semakin banyak. Mereka bergelantungan di pohon, bahkan terkadang jaraknya sangat dekat dengan kita!
Semakin dekat dengan Curug Cileat, suara gemuruh air makin kencang. Akhirnya, kami melihat air terjun yang kata orang menakjubkan ini.
 Curug Sebelum Curug Cileat

Letih perjalanan seketika terobati. Airnya yang deras sukses membuat kami basah kuyup, walaupun masih berjarak 100 meter dari air terjunnya. Namun, air yang sangat dingin ditambah udara yang menusuk tulang sukses membuat kami menggigil.
Puas berbasah-basahan, saatnya kami pulang. Tunggu dulu, tak lengkap rasanya bila Anda berkunjung ke sini tanpa membawa buah tangan. Gula aren buatan para petani lokal bisa Anda jadikan oleh-oleh, atau camilan sepanjang perjalanan menuruni bukit. Gula aren dikenal sebagai salah satu sumber tenaga paling baik.(Budiana - detik.travel)

Cerita : Dari Subang Pergi Ke Awan



Udara dingin Kota Subang subuh itu tidak mengurungkan niat untuk mewujudkan rencana yang telah disepakati. Tidak tanggung–tanggung kita berencana "pergi ke atas awan", menikmati suasana pagi di lereng Gunung Tangkuban Parahu.
Berat rasanya mata untuk terbuka di pagi buta tapi demi rencana yang telah tersusun sehari sebelumnya, kami sepakat untuk berangkat ke lereng Gunung Tangkuban Perahu. Setelah melakukan salat Subuh, kami bergegas memacu kendaraan menuju daerah Ciater yang merupakan bagian lereng Gunung Tangkuban Parahu. Memacu sepeda motor dengan kecepatan maksimal demi mengabadikan momen indah terbitnya sang mentari.
Sesampainya di tempat tujuan, kami langsung mempersiapkan kamera masing-masing. Kami berjaga menanti sang mentari menampakkan wajahnya pagi itu.


Sesuai dengan rencana, pagi itu kami benar-benar seperti berada di atas awan. Gumpalan-gumpalan awan putih berarak di antara bukit-bukit yang berada di kaki Gunung Tangkuban Parahu. Sementara fajar mulai menyelinap dari balik puncak Gunung Cangak. Semburat cahaya seakan memancar dari puncak Gunung Cangak, membuat langit dan rimbunan pohon teh di Ciater menguning keemasan. Indah sekali pagi itu.
Suhu dingin menjadi tak terasa karena kami asyik mengabadikan momen indah itu. Walaupun, momen itu tak berlangsung lama keindahannya tetap terekam dlam bidikan lensa kamera dan mata.


Kemudian, kami melanjutkan perjalanan sedikit ke atas, tepatnya ke daerah Dayang Sumbi untuk mencari objek foto yang lain. Tempat ini hanyalah sebuah bukit kecil yang berada di pinggir jalan antara objek wisata Sari Ater dan Tangkuban Parahu. Entah bagaimana awalnya tempat ini dinamakan Dayang Sumbi yang pasti penduduk setempat memang sangat lekat dengan legenda Sangkuriang.
Di sana kendaraan kami parkir di jongko atau warung penjual jagung bakar. Sambil menikmati segelas teh hangat, tak hentinya kami mengabadikan keindahan pagi itu dengan lensa kamera. Tak jauh dari tempat kami meminum teh, para petani teh mulai berdatangan. Mereka mulai menyiapkan perlengkapan kerja pagi itu. Sebagian dari mereka menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu di atas truk perkebunan. Suasana ini pun tak luput dari bidikan mata lensa kamera.



Sementara itu, gerombolan awan putih masih bergumpal di kaki bukit, seperti berada tepat di bawah kaki kami. Awan-awan tersebut seakan-akan membeku karena udara yang sangat dingin. Ketika kami pulang, gumpalan awan itu mulai bergerak menjauh seiring dengan semakin tingginya mentari.
Bagi yang ingin menikmati sensasi di atas awan seperti ini bisa menginap di villa-villa atau hotel yang berada di sekitar Ciater. Dengan begitu, Anda bisa menjangkau lereng Gunung Tangkuban Perahu hanya dengan bersepeda atau bahkan berjalan kaki dari penginapan. (www.travel.detik.com)