• SEJARAH SUBANG

    Seperti halnya daerah lain, wilayah Subang juga telah mengalami berbagai fase sejarah yang unik. Bebagai fase sejarah yang telah dilalui tersebut telah membentuk wajah Subang saat ini...

  • PESONA SUBANG

    Pesona daerah Ciater, Subang, Jawa Barat bukan hanya pemandian air panasnya saja. Keindahan panorama lereng Gunung Tangkuban Perahu menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Menanti munculnya sang fajar adalah waktu yang sangat tepat Anda berkunjung ke sini...

  • MUSEUM WISMA KARYA

    Ulang tahun Subang baru saja berlalu begitu saja, dan tak banyak orang yang tahu catatan sejarah mengapa tanggal itu dijadikan hari lahir kota ini. Padahal, tepat di pusat kota ini, di titik paling strategis di kota ini, hal itu dapat ditelusuri...

  • WONDERFUL SUBANG

    Subang, sebuah kota unik di pesisir utara pulau jawa. Kota ini memiliki landscape yang lengkap mulai deretan pegunungan di sebelah selatan, dataran rendah di tengah dan hamparan pantai di utara jawa (Pantura) di tambah denga kekayaan flora dan fauna yang menakjubkan. Beragam seni budaya yang dimilikinya menjadikan Subang kota yang memilki potensi pariwisata yang besar untuk berkembang...

Berbagi Informasi Sadaya Perkawis Subang di kotasubang.com

Seluruh isi blog ini telah dialihkan ke www.kotasubang.com . Mari saling informasi sadaya perkawis Subang di Twitter @kotasubang

Wirausahawan Penjual Paket Jamban

Subang, 63 juta penduduk Indonesia masih buang air besar (BAB) sembarangan. Praktik ini tak hanya berdampak pada kesehatan tetapi juga ekonomi. Untuk mengurangi jumlah tersebut, Bank Dunia pun membina pengusaha-pengusaha sanitasi.

Pengusaha atau wirausaha sanitasi binaan WSP (World Bank's Water and Sanitation Program) adalah pengusaha sanitasi lokal dengan model bisnis layanan sanitasi satu atap, mengerjakan konstruksi jamban sehat dan aman, serta menawarkan skema cicilan pembiayaan jamban.

Pelatihan, fasilitasi, dan pembinaan wirausaha sanitasi lokal saat ini dilakukan WSP di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Salah satu yang telah dilatih dan langsung terjun ke masyarakat adalah Warga (48 tahun), pengusaha sanitasi asal Desa Ponggang, Subang, Jawa Barat.

Warga atau yang juga dikenal dengan nama Edo, mengatakan bahwa masih banyak warga di desanya yang melakukan praktik BAB sembarangan, baik di kebun atau sungai. Hanya beberapa rumah yang memiliki jamban sendiri. Akibatnya, kotoran-kotoran manusia mencemari badan air, sungai dan tanah. Kasus diare pun banyak terjadi.

"Pertama ikut pelatihan wirausaha WSP di Jombang, Jatim, 29 April sampai 3 Mei 2012. 16 Juni 2012 sudah mulai bikin jamban. Alhamdulillah sekarang sudah bikin 105 jamban," tutur Warga, saat ditemui di kediamannya di Desa Ponggang, Serangpanjang, dalam rangka kunjungan 'Hari Air Sedunia 2013', Subang, Jawa Barat, Senin (20/3/2013).

Warga yang dulunya bekerja sebagai petani pun kini beralih profesi menjadi seorang pengusaha sanitasi. Tak tanggung-tanggung, penghasilannya naik hingga 50 persen.

Jamban yang dibuat Warga adalah jamban sehat dan aman. Ia melayani sanitasi satu atap, artinya konsumen hanya tinggal memesan kemudian semua bahan material hingga pengerjaan dilakukan oleh tim dari Warga. Konsumen tak perlu repot-repot ke kota untuk mencari material dan mencari tukang sendiri, karena semuanya sudah ditangani oleh tim Warga.

Warga hanya butuh sehari untuk membuat satu jamban, lengkap dengan pemasangan toilet dan septic tank. Selain lebih cepat, jamban buatan Warga pun lebih murah.

"Kalau bikin lubang sendiri, itu pakai bata kotak. Bisa habis 2-3 juta. Pakai SMP (Sanitasi Masyarakat Ponggang) hanya Rp 600 ribu sampai Rp 1,150 juta. Karena kebanyakan yang belum punya jamban adalah masyarakat miskin, jadi ada juga yang bayarnya nyicil, dulu saya kasih sampai 10 bulan, sekarang 3 bulan,"jelas Warga.

Berkat usaha Warga, kini sebagian besar penduduk Desa Ponggang sudah memiliki jamban sendiri dan tak lagi BAB sembarangan. Kasus pencemaran dan dampak kesehatan pun mulai berkurang. Ada empat paket jamban yang ditawarkan, tipe yang paling umum mencakup:
  1. kloset leher angsa keramik
  2. Lubang penampung sedalam 1,5 meter
  3. Lubang resapan sedalam 0,5 meter dengan diameter 80 centimeter
  4. Dibuat dengan konstruksi semen cor menggunakan cetakan fiberglass
  5. Dicor langsung di lokasi
  6. Konsumen terima jadi termasuk jasa konstruksi plus mencakup biaya bunga cicilan.

Sumber : Detik

Gurih Pedas, Sup Ikan Khas Subang

Jika hendak berkunjung ke Kabupaten Subang dari arah Bandung, tak ada salahnya mencoba sup ikan khas Subang. Ada dua rumah makan di Jalan Cagak, Kabupaten Subang  yang menyuguhkan sup ikan air tawar yaitu Rumah Makan (RM) Sangkuriang dan RM Abah. 

Di RM Abah tersedia sup ikan gurame, nila dan mas. Masing-masing, memiliki cita rasa kelezatan yang berbeda.  "Sup ikan gurame tulang durinya tidak banyak. Sup ikan mas cukup banyak dan sup ikan nila tidak jauh beda seperti ikan gurame," kata Juru Masak RM Abah, Solehudin, belum lama ini.

Rasa dominan dari sup ikan versi RM Abah ini diantaranya, bumbu racikan untuk sup, rasa gurih mendominasi, dengan kuah yang bening bercampur minyak. "Minyak itu sebenarnya dari ikan yang sebelum di bikin sup, digoreng terlebih dulu. Kalau ikan tidak digoreng dulu, nanti dagingnya hancur. Sup ikan ini lebih mengedepankan pada kualitas rasa bumbu," kata dia.

Di RM Abah ini, kuah sup ikan yang bening serta rasa gurih yang mendominasi, berpadu dengan rasa pedas merica yang menyegarkan plus aroma saledri dalam kuahnya.



"Resep bumbu sup ikan ini asli dari Abah, pemilik tempat makan ini. Sup ikan ini dijual per ekor, untuk sup ikan gurame ini dibanderol Rp 70.000, ikan nila Rp 50.000, dan ikan mas Rp 25.000 per potongnya," kata Soleh.

RM Sangkuriang, juga menawarkan menu sup ikan  gurame, nila, dan mas. Manager Operasional RM Sangkuriang, Erwin Saleh mengatakan bahwa ikan air tawar di Subang berbeda dengan ikan-ikan lainnya. Sehingga, karena itulah ikan tawar di selatan Subang ini lebih nikmat diolah dengan sup hingga kemudian dinamakan sup ikan.

"Ikan air tawar di Subang itu berbeda dengan ikan lain pada umumnya. Selain itu, ikan yang akan disup diambil langsung dari kolam peternakan ikan khusus dan bukan ikan yang diambil dari mesin pendingin," kata Erwin.

Sup ikan yang paling diminati  sup ikan gurame dan nila, karena dua jenis ikan ini tidak banyak duri halus di tubuhnya, tidak seperti ikan mas.

"Yang istimewa dari sup ikan di sini adalah menggunakan honje yang berpengaruh memberikan rasa segar dari kuah sup ikan tersebut," ujarnya.

Mita (27), karyawan RM Sangkuriang menambahkan, dari semua jenis sup ikan yang ditawarkan, sup ikan gurame menjadi primadona di tempat ini.

Ikan gurame tidak memiliki banyak tulang, sangat nikmat dihidangkan dengan kuah bening disertai racikan bumbu khas restoran itu. Kuah sup ikan yang dilengkapi bawang daun, bawang merah dan bawang putih, serta tambahan surawung, menjadikan sup ikan ini segar dalam setiap kunyahannya.

"Sup ikan di sini bening dan tidak banyak tambahan bumbu macam-macam. Ada ramuan khas dari pemilik rumah makan ini," kata Mita (27).

Mita menegaskan, sup ikan ini langsung dari peternakan yang ada di sekitar rumah makan tersebut, bukan ikan yang dibekukan di lemari es.

"Ikannya masih ikan segar karena ketika dipesan, ikannya langsung ngambil di kolam ternak kemudian diolah menjadi sup ikan," kata Mita.

Di RM Sangkuriang ini sup ikan gurame dibanderol Rp 11.000 per ons, sementara untuk sup ikan nila Rp 10.000 per ons, dan sup ikan mas Rp 9.000 per onsnya. 


Sup Ikan Khas Kabupaten Subang
RM Abah: Jl Raya Subang - Ciater Km 11,5  Kecamatan Cijambe
RM Sangkuriang: Jl Raya Subang - Ciater Km 11 Kecamatan Cijambe

Sumber   : Tribun Jabar
Penulis   : @langitmegabiru

Hasil Lengkap Matic Race di Sirkuit Gery Mang, Subang


sumber : www.maniakmotor.com

Juara Matic Race asal Subang

Pembalap asal Subang Denny Keder berhasil menyabet dua trofi pada kejuaraan The Master of Maticrace Championship 2013 yang digelar di sirkuit Gery Mang, kota Subang, sepanjang Sabtu (11/4)  hingga Minggu (12/5)  Mei 2013.

Raihan dua trofi tersebut dari enam nomor matic yang dijuarai oleh Denny tersebut masing-masing di nomor matic 130 cc TU Open dan nomor matic FFA s.d 350 cc.

"Saya prediksi pada seri kejuaraan tahun ini, Denny akan kembali jadi juara umum," kata Ketua Pelaksana The Master of Maticrace Chapionship 2013, Helmy Sungkar, kepada wartawan, Minggu (12/5) petang usai berakhirnya kejurnas tersebut.  

Helmy menegaskan, Subang telah menjadi kekuatan baru para pembalap handal di kelas matic. "Dari 100 pembalap matic yang kami asuh di seluruh Indonesia, 20 persennya adalah anak-anak Subang," ujar Helmy.

Ia mengapresiasi kemajuan pesat olah raga otomotif sepeda motor tanpa gigi tersebut khusunya di Subang. "Hasil bagus tersebut karena adanya dukungan kuat dari masyarakat dan pemerintah daerah dengan membangunkan sirkuit yang representative," katanya.

Ketua KONI Kabupaten Subang, Ojang Sohandi menilai,  keberhasilan anak-anak asuhnya, ia optimistis pada Porda Jabar 2014 Bekasi, cabang olah raga otomotif akan bisa meraup medali emas yang signifikan.

"Minimal tiga medadli emas. Saya  menjanjikan hadiah umroh buat para pembalap asal daerahnya yang berhasil meraup medali emas di ajang Porda itu," kata Ojang. 

Pada kejurnas tersebut, nomor lomba Matic 115 cc Std Pemula, dijuarai oleh Aldy M Taufik asal Bandung, Matic 130 cc Std Pemula, disabet Surya Uya Kuya, pembalap asal Tasikmalaya, Matic 150 cc TU Pemula dijuarai Julio Usmanius asal Cikampek.

Nomor lomba Metic 150 cc TU Open direbut pembalap Ferry Octiane asal Bandung. Dan nomor Metic Std 115 cc khusus perempuan disabet Pieka asal Jakarta.

Ada pun dua nomor perlombaan tabahan kelas bebek, masing-masing nomor Bebek 125 cc TU Pemula (MP3) dan Bebek 10 cc TU Pemula (MP4), pembalap asal Bandung Aldie M Taufik, berhasil merebut keduanya.(men)

Penulis : men
Editor : dia
Sumber : Tribun Jabar

17 Pembalap Perempuan Ikut Matic Race Championship di Subang

Sejumlah pembalap motor wanita akan mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) balap motor dalam Kejurnas The Master of Matic Race Championship yang akan digelar di Sirkuit Gary Mang, Subang Sabtu 11 Mei hingga 12 Mei 2013, putaran kedua.

Helmy Sungkar melalui Divisi Promosi Trandy Promo Mandira, Wawan kepada wartawan, Kamis (9/5), mengatakan, kejuaraan balap motor ini akan diikuti lebih dari 350 peserta pria dan perempuan asal Subang.

"Pendaftar dari keseluruhan kelas mencapai 300 lebih starter, 17 di antaranya wanita," katanya.

Ia mengatakan, para pembalap tersebut, datang dari berbagai kota yang ada di Sumatra, Kalimantan, Bali dan Pulau Jawa. "Pembalap dari lokal Subang sendiri sangat banyak. Animo mereka cukup tinggi. Berbeda dengan tahun lalu," kata Wawan.
 
 

Ia mengatakan, para pendaftar kejuaraan kali ini, mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun lalu."Kalau dihitung peningkatannya mencapai 50%, termasuk
pembalap wanita dari yang terdaftar 17, 3 persen diantaranya dari Subang," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya mempersiapkan kendaraan untuk para pembalap wanita yang akan mengikuti kejurnas tersebut.

"Pembalap wanita sudah disiapkan dan sampai Kamis sore di sirkuit sudah ada  15 kendaraan. Karena itu, kepada para penggemar balap sepeda motor matic yang ingin mencoba sirkuit masih
diberi kesempatan untuk mendaftar hingga Jumat siang," ujarnya.

Bupati Subang, H.Ojang Sohandi menyambut baik kejuaraan ini yang sudah menjadi agenda tetap bagi promotor Trandy Promo Mandira dan penyelenggara lain. Sebab, dengan dibangunnya sirkuit tujuannya guna menyalurkan bakat dan minat generasi muda di bidang otomotif.

"Kami juga mohon maaf bila kondisi sirkuit belum 100% sempurna namun tetap berkomitmen akan diselesaikan
sehingga menjadi sirkuit termegah di Jawa Barat bahkan Nasional, "katanya. (men)

Penulis : men
Editor : dia
Sumber : Tribun Jabar

Semua anak di Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan yang namanya Odong – odong. Namun tahukah Anda dari mana asal mulanya?. Setelah ditelusuri ternyata pada mulanya Odong – odong merupakan sebutan lain dari kesenian Sisingaan, seni tradisional yang berasal dari Subang, Jawa Barat.

Tak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan kesenian ini. Menurut Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, kesenian ini diperkirakan sudah mulai muncul sekitar tahun 1840 ketika masa penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu meskipun secara politis wilayah Subang dalam kekuasaan Belanda namun secara ekonomi Subang di kuasai oleh Inggris melalui perusahaan perkebunan P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden) yang menguasai hampir seluruh wilayah Subang.

Saat itu masyarakat Subang mendapat tekanan secara politik, ekonomi sosial dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Untuk melakukan perlawanan, mereka tidak hanya melakukannya secara fisik tetapi juga melalui bentuk kesenian Sisingaan. Kesenian ini merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada pihak penjajah.

Secara filosofis para pengusung Sisingaan melambangkan masyarakat pribumi yang tertindas / terjajah. Sepasang patung Sisingaan melambangkan penjajah Inggris dan Belanda. Nayaga melambangkan masyarakat yang berjuang dan memberi semangat kepada generasi muda untuk dapat megusir penjajah dari daerah mereka. Sedangkan anak kecil penunggang singa melambangkan generasi muda yang suatu saat bisa mengusir penjajah. Anak kecil penunggang Sisingaan yang biasanya menjambak rambut Sisingaan merupakan salah bentuk ekspresi kebencian kepada kaum penjajah.




Dengan menggunakan simbol – simbol dalam Sisingaan tersebut masyarakat Subang bisa mengekspresikan perasaan mereka secara terselubung tanpa di curigai oleh para penjajah. Bahkan para penjajah malah merasa bangga karena lambang negara mereka (singa) dijadikan sebagai bentuk kesenian rakyat. Padahal kesenian itu merupakan simbol perlawanan terhadap mereka.

Pada zaman dahulu sisingaan dibuat dengan sangat sederhana, bagian kepala sisingaan terbuat dari kayu, rambut terbuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus. Sedangkan badan sisingaan terbuat dari carangka (anyaman bambu) yang besar dan ditutupi dengan karung karung goni atau terbuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan. Untuk usungan sisingaan terbuat dari bambu untuk bisa dipikul oleh 4 orang. Saat ini bentuk sisingaan sudah dibuat semirip mungkin dengan bentuk singa asli.

Waditra pada masa itu sangat sederhana, hanya memakai beberapa alat musik saja (seperti beberapa angklung pentatonis berlaras salendro). Sekitar tahun 1968 mulai dimasukkan unsur ketuk tilu dan silat. Hal ini dapat dilihat dari penggabungan waditra yakni adanya tambahan dua buah gendang besar (gendang indung), terompet, tiga buah ketuk, dan sebuah kulanter (gendang kecil), bende (gong kecil), serta kecrek namun kemudian berkembang seperti saat ini.

Pada awalnya gerakannya para penarinya pun masih sangat sederhana dan dilakukan secara spontan. Demikian juga dengan busana yang dikenakan para penarinya. Pada mulanya para penari Sisingaan hanya mengenakan kampret, pangsi, iket seperti masyarakat umumnya. Namun sekarang baik gerakan tari maupun busana telah mengalami perkembangan tanpa meninggalkan kesan tradisionalnya.



Selain itu seiring dengan perkembangan zaman fungsi Sisingaan juga semakin luas. Pada awal terbentuknya kesenian Sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat khitanan seorang anak, dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada saat ini kesenian Sisingaan mempunyai fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat atau acara seremonial lainnya.
Saat ini kesenian Sisingaan sudah sangat dikenal tidak hanya di daerah Subang saja. Di daerah sekitar kabupaten Subang pun bermunculan grup – grup seni Sisingaan. Penyebutan nama kesenian ini kadang berbeda di setiap daerah, ada yang menyebutnya odong-odong, citot, kuda depok, kuda ungkleuk, kukudaan, kuda singa atau singa depok.

Masyarakat pesisir pantura Jawa Barat biasanya menyebutnya dengan Odong – odong. Kesenian ini kemudian menjadi cikal bakal odong – odong yang sangat digemari anak – anak saat ini. Odong – odong yang asalnya diusung kemudian mengalami modifikasi dengan dipasangkan pada badan becak. Hingga akhirnya bentuk Sisingaan yang dipasang pada becak justru yang dimodifikasi menjadi bentuk lain, seperti bentuk kuda-kudaan hingga bentuk komidi putar, namun tetap menggunakan istilah Odong – odong.

Kabupaten Subang sebagai daerah asal Sisingaan sangat gencar mempromosikan kesenian ini. Setiap tahun di daerah ini di gelar festival Sisingaan. Bahkan pada bulan Pebruari 2012 digelar pemecahan rekor MURI Sisingaan dengan jumlah penari terbanyak. Semoga kesenian yang sarat akan makna perjuangan ini akan tetap dicintai masyarakat.

Pebalap Subang berpeluang dominasi "matic race" dua

Pebalap tuan rumah berpeluang besar mendominasi jalannya perlombaan "Pertamina Enduro-COMET-KYT-R9-BRT The Master Of Matic Race Champ 2013" seri dua di Sirkuit Gery Mang Subang Jawa Barat, 11-12 Mei.

Peluang ini cukup terbuka setelah pada seri pertama di Sirkuit Kecil Sentul, pebalap Subang mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dari sembilan kelas yang dipertandingkan, empat kelas di antaranya dijuarai oleh pebalap Subang.

"Pasti akan jauh lebih ketat persaingan di Subang nanti, apalagi pebalap tuan rumah cukup dominan pada seri sebelumnya," kata promotor perlombaan dari Trendypromo Mandira, Helmy Sungkar di Jakarta, Rabu.





Pebalap muda asal Subang yang berpeluang menjadi yang terbaik pada seri kedua kejuaraan khusus motor matik ini adalah Surya Uya Kuya yang pada iseri pertama mampu meraih posisi pertama di dua kelas yaitu 115 cc standar pemula dan 150 cc tune up pemula.

Ada juga Danny Keder yang sukses menjadi yang terbaik di kelas 150 cc tune up open dan Anjar Purnama yang sukses menjadi pemuncak kelas 110 cc standar pemula. Ada lagi peluang pebalap yang bisa menyodok yaitu R. Alvus yang diseri pertama menjadi runner up kelas 125 cc tune up pemula.

"Pertamina Enduro-COMET-KYT-R9-BRT The Master Of Matic Race Champ 2013" terbagi dalam lima seri dan sebanyak sembilan kelas yang dipertandingkan. Dalam setiap seri hadiah total yang diperebutkan mencapai Rp70 juta.(www.antaranews.com)

Siapa sangka, sebuah pesantren dhuafa yang berlokasi di daerah Subang Jawa Barat yang tadinya hanya berorientasi melahirkan ahli agama dan anak-anak yang berahlak mulia, kini dapat memetamorfosis menjadi sebuah yang tempat perkumpulan yang menghasilkan enterprenuer lokal yang berorientasi internasional tanpa harus meninggalkan segi-segi ke Islaman yang hakiki.

Sebut saja Siti Bilqis, alumni pesantren Miftahul Hidayah ini bersama dengan ponpes, melakukan terobosan baru bagi orang banyak. Berbekal pengalaman, buku-buku dan sejumlah uang yang di dapat dari hasi jerih payahnya di Hongkong menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Bilqis mencoba membuka cakrawala pemikiran masyarakat di kampungnya dengan membuka Rumah baca, agar masyarkat dan anak-anak di desanya gemar membaca. “Sebab dengan kita bisa membaca, kita dapat membuka jendela dunia dan mengetahui isinya,” jelas Bilqis.

Dengan latar belakang hidup yang pahit, Bilqis tidak ingin para tetangga atau masyarakat kampungnya turut mengalami apa yang dideritanya selama ini. Semenjak di tinggal pergi untuk selama-lamanya oleh kedua orangtuanya pada tahun 2005. Dirinya bertekad akan terus menuntut ilmu meski dirinya harus berkorban menjadi TKI di Hongkong. Sebab untuk menuntaskan pendidikannya, Bilqis harus rela membagi waktu kerjanya dengan bersekolah persamaan kejar paket C yang ada di hongkong. “ Saya masih ingat pesan kedua orangtua saya, agar saya tetap harus menamatkan sekolah. Makanya saat ada kesempatan dapat menuruskan sekolah meski persamaan paket C , saya tetap menjalaninya dengan senang,” terang mantan volunteer DD Hongkong ini.

Setelah beberapa bulan membuka rumah baca Bilqis yang berada di kampungnya Subang Jawa Barat, ternyata tanggapan para masyarakat setempat sangat antusias sekali dengan apa yang dilakukan mantan TKI Hongkong ini, terutama pimpinan pondok pesantren Miftahul Hidayah (MH). Dengan niat yang tulus untuk memajukan dan membantu mensejahtrakan umat, bersama-sama MH management, Bilqis mencoba menuangkan konsep-konsep yang terpendam selama ini.



Dimulai dari pembuatan Layanan KesehatanTerpadu (LKT) dan kursus komputer bagi para masyarakat di desa dan anak-anak ponpes setiap hari minggu pada salah satu sudut ruangan ponpes Miftahul Hidayah. Dengan di realisasikannya ide awal tersebut, tidak membuat Bilqis dan MH management merasa puas atas pekerjaannya itu. Apalagi dengan atusiasme masyarakat desa dalam merespon ide-ide Bilkis dan MH management, Bilqis segera membuat proposal bantuan kepada lembaga-lembaga resmi daerah guna membantu merealisasi ide-ide lainnya. Seperti memasok bahan baku pembuatan kripik, yang dilakukan para ibu-ibu dilingkungan pesantren. “Kita memang memperdayakan ibu-ibu di sekitar lingkungan pesantren agar dapat menambah penghasilan dari usaha pembuatan kripik singkong ini,” kata Bilqis.

Tidak sampai disitu saja inovasi yang dilakukan Bilqis bagi masyarakat, dirinya juga merambah sektor jasa resto bagi kaum dhuafa. Yang mana semua para pegawainya berasal dari para santri dan anak-anak muda desa sekitar pondok pesantren. Tidak heran, dengan kegigihannya dalam meningkatkan usaha yang digelutinya, usaha resto Bilqis dan MH management yang diberi nama kafe mandani, kini memiliki 5 cabang outlet yang tersebar di wilayah Subang Jawa Barat.

Untuk mendukung usaha restonya, Bilqis dan MH management juga membuka pasar pagi “Kampung Kuliner Fajar” yang menyediakan segala macam bentuk jajanan pagi khas kampung. Hal ini bertujuan agar masyarakat luas tahu, bahwa MH Management berfokus pada dan komitmen dengan pemberdayaan masyarakat. Bahkan jajaran Pemda Subang, termasuk Bupati, dinas Koprasi dan UMKM serta lembaga pendidikan lainnya mendukung usaha-usaha Bilqis dan MH managementnya. “ Tidak mengherankan jika desa Kiarasari terpilih oleh Dompet Dhuafa sebagai desa percobaan yang dinamakan Lumbung Desa”, bangga Bilqis.(migrantinstitute.net)

Ihhh..... Ada "Buto" ikuti Subang Carnival 2013


Subang Carnival 2013 kembali digelar, event tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Subang yang ke-65 ini menarik perhatian ribuan warga dan wisatawan yang sedang berkunjung ke Subang. 

Acara yang dimulai sejak pukul 08.00 pagi itu diawali dengan konvoi puluhan kendaraan hias yang berasal dari instansi pemerintahan, kecamatan, dan desa di Kabupaten Subang. Masing – masing kendaran dihias menurut potensi  atau keunikan daerahnya masing – masing. 



Kendaraan hias dari daerah pantura misalnya  dibentuk menjadi ikan raksasa atau perahu nelayan yang menunjukkan potensi kelautan daerah tersebut. Sedangkan daerah Selatan Subang banyak yang menghias kendaraannya dengan berbagai hasil pertanian seperti buah-buahan, bunga dan hasil tani lainnya yang menjadi ciri khas masing-masing daerah. 





Acara semakin meriah dengan turut sertanya ribuan pelajar, seniman, komunitas unik dan berbagai pihak yang turut serta dalam acara tersebut dengan kostum yang bereaneka ragam dengan corak yang meriah pula. Diantaranya ada puluhan sepeda ontel lengkap dengan pengayuh sepedanya yang berpakaian ala jaman dulu. Ada pula segerombolan orang yang menamakan dirinya “dayak pantura” yang berpakaian unik yang menurut mereka mirip suku dayak di Kalimantan.





Bukan hanya itu, gerombolan buto juga membuat acara menjadi semakin seru. Ibu-ibu yang ternyata biduan ini dengan sukarela wajahnya dilukis sehingga mirip buto jadi-jadian. Tingkah polah mereka mengundang gelak tawa yang menyaksikannya.

Kemeriahan acara semakin terasa ketika berbagai jenis kesenian dipertontonkan oleh setiap daerah. Kesenian sisingaan, mamanukan, jaipong, angklung dan kesenian khas lainnya menjadi tontonan yang sangat menarik bagi para wisatawan. Atraksi marching band dari ratusan pelajar juga menjadikan suasana lebih meriah.





Namun yang menjadi daya tarik utama acara karnaval itu adalah puluhan anak kecil yang membawakan tarian Sisingaan yang merupakan kesenian khas Subang. Dengan luwes dan lucu mereka menari sambil mengusung boneka singa. Meskipun kadang beberapa gerakan mereka tidak kompak, tapi justru kesalahan gerak tari yang mereka tampilkan malah menjadi hiburan tersendiri bari para pengunjung dan mengundang gelak tawa. Yang tak kalah menarik, selain sisingaan anak-anak kecil juga ada yang menampilkan kesenian angklung, alat musik khas Jawa Barat. 




Karnaval yang berlangsung di sepanjang jalan Otoiskandardinata kota Subang ini berlangsung sekitar 4 jam. Acara yang sudah menjadi event wisata tahunan kabupaten Subang ini membuat kemacetan dibeberapa ruas jalan disekitar tempat acara. Namun hal ini tidak menyurutkan minat ribuan warga untuk menyaksikannya.

Selain acara pawai budaya ini dalam rangka memperingati HUT Kabupaten Subang yang ke-65 juga digelar berbagai pentas seni lainnya, termasuk pagelaran Wayang Golek semalam suntuk.

Status Tangkuban Parahu Kembali Normal

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencabut status waspada Gunung Tangkuban Parahu. Terhitung pukul 16.30 WIB (18 Maret 2013), status Tangkuban Parahu diturunkan kembali menjadi normal atau level I. Mulai hari selasa, tanggal 19 Maret 2013 TWA Tangkuban Parahu pukul 10.00 mulai dibuka kembali untuk umum.

"Berdasarkan hasil pengamatan kegempaan, deformasi, visual, pengukuran gas, suhu kawah dan tanah serta analisis data, maka status Gunung Tangkuban Parahu diturunkan dari waspada jadi normal," kata Kepala PVMBG Surono di Kantor PVMBG, Kota Bandung, Senin (18/3/2013).

Dari segi kegempaan jumlahnya kini sangat sedikit jika dibanding beberapa waktu lalu. Terhitung 14-18 Maret tercatat hanya ada 1 kali gempa vulkanik dalam, 14 gempa vulkanik dangkal, serta 5 gempa tektonik jauh. Bahkan sejak 8 Maret, tremor sudah tidak ada di lokasi.

"Deformasi juga menunjukkan adanya penurunan, dan stabil," ucap Surono.

Kadar SO2 di sekitar lokasi yang awalnya mencapai 5,3 ton per hari, saat ini jumlahnya jauh lebih sedikit yaitu 2,1 ton per hari. Sedangkan konsentrasi gas CO2 dan H2S di dekat dasar Kawah Ratu masing-masing sekitar 600 ppm dan 11 ppm.

Meski sudah berstatus normal, ia mengimbau agar pengunjung atau wisatawan tidak turun ke dasar kawah Ratu dan Upas. Bahkan pada malam hari diharapkan tidak tidur di sekitar kiosnya yang ada di dekat Kawah Ratu.

"Walaupun gas sudah turun, tapi masih relatif keluar. Jika mendung, saya khawatir terjadi akumulasi dan tersebar di sekitar Kawah Ratu dan mengganggu warga yang ada di sekitar," jelas Surono.

Warga juga diminta tetap waspada mengantisipasi berbagai hal. "Masyarakat juga diharapkan tidak terpancing dengan isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu dan selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat," tandas Surono.

Sumber : Detik

BATIK SUBANG


Sejak dikukuhkan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 lalu, batik Indonesia mengalami perkembangan cukup signifikan.  Setiap daerah di Indonesia berlomba-lomba mempromosikan motif batik khas daerahnya, demikian pula daerah yang tidak memiliki  budaya membatik, kini mulai merintis mengembangkan batik dengan motif yang menggambarkan ciri khas daerahnya masing-masing.


Batik dengan motif daun teh dan kukupu

Salah satu pelopor pengembangan batik di Subang adalah Arves Batik yang berlokasi di daerah Cinangsi, Kecamatan Cibogo. Industri batik rumahan pimpinan Bapak Wawang Suwarno ini mulai dirintis sejak sekitar tahun 2009 silam. Disini, batik benar-benar diproduksi dari tahap awal menggambar hingga tahap akhir pemberian warna. Pengrajin batik yang lainnya di Subang, hanya membuat gambar motif kemudian memproduksi batiknya di luar Subang.  


Batik motif ganasan

Motif batik yang diproduksi menggambarkan ciri khas wilayah Subang, diantaranya motif batik ganasan yang terinspirasi corak buah nanas yang merupakan buah khas Subang. Adapula motif sisingaan, daun teh, kukupu dan lain – lain yang menggambarkan flora, fauna dan kekayaaan budaya yang menjadi ciri khas wilayah Subang. 

Batik motif perpaduan ganasan dan flora Subang

Batik ganasan adalah motif yang sangat mungkin untuk lebih dikembangakan dan dapat menjadi motif batik  identitas Subang. Motif Ganasan bisa berupa corak kulit nanas, bentuk buah nanas ataupun bentuk daun nanas.

Batik motif ganasan 



 Motif lainnya :
 Motif Gubernuran



 Motif ganasan yang belum di celup warna


Batik Subang juga pernah diangkat dalam acara MATA LENSA, yaitu sebuah acara bertema fotografi hasil kreatifitas komunitas foto Bingkai Fotografi Subang yang ditayangkan di ANTV. Ulasannya dapt disimak dalam artikel SUBANG DALAM MATA LENSA.



ARVES BATIK
Alamat              : Griya Cinangsi Asri Blok B 256-258 Cibogo, Subang
Contact Person : Wawang Suwarno (Owner)
No. Telepon      : 087828413369 / 085222272099 / 0260-416989

HASIL PILGUB JABAR DI SUBANG


Pemilihan Gubernur Jawa Barat baru saja usai, meskipun KPU Jawa Barat belum menetapkan secara resmi pemenangnya namun berdasarkan hasil Quick Count maupun Real Count KPU hampir dipastikan petahana Ahmad Heryawan akan melanjutkan kepemimpinannya, kali ini bersama pasangan barunya Deddy Mizwar. Berdasarkan hasil real count KPU petahana Ahmad Heryawan menduduki peringkat pertama raihan suara sebesar  31.9%, diikuti Rieke 28.7%, Dede 25.2%, Yance 12.4% dan Dikdik 1.7%. 

Berbeda dengan hasil seluruh Jawa Barat, di Subang pasangan Rieke dan Teten justru memperoleh raihan suara terbanyak sama dengan wilayah Pantura Jabar lainnya. Rieke-Teten meraih 28.4% suara masyarakat Subang, disusul pasangan Aher-Demiz 25.4% suara, Dede-Lex 22.6%, Yance-Tatang 20.6% dan Dikdik-Cecep 2.9% suara.



Pasangan PATEN menang di 15 kecamatan di Kabupaten Subang, terutama di pantura. Kecamatan tersebut adalah Kalijati, Pabuaran, Purwadadi, Pagaden, Binong, Ciasem,  Pamanukan, Blanakan, Patok Beusi, Cibogo, Cipunagara, Cipeundeuy, Cikaum, Serang Panjang dan Pusakajaya. Pasangan ini meraih suara cukup signifikan di Pusakajaya 36.2% dan Cikaum 40.3%.

Pasangan Aher-Demiz menang di 7 Kecamatan, terutama di Subang bagian Tengah dan Selatan yaitu : Cisalak, Subang kota, Cijambe, Pagaden barat, Kasomalang, Ciater dan Dawuan.
Pasangan Yance-Tatang menang di 6 Kecamatan, yaitu: Pusakanagara, Tanjungsiang, Compreng, Legonkulon, Sukasari dan Tambak dahan. Yance menang signifikan di Compreng 37.5%, Legonkulon 36.4% dan Tambakdahan 40%.

Pasangan Dede-Lex menang di 2 Kecamatan yaitu Sagalaherang dan Jalan Cagak. Kemenangan Dede di Sagalaherang mencapai 35.6%. 

Ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati berdasarkan data di atas. Kemenangan PATEN terutama terjadi di wilayah Pantura Subang dan sebagian wilayah tengah. Namun, untuk wilayah Pantura sebelah timur tenyata PATEN harus berbagi kedudukan dengan Yance. Di wilayah yang berbatasan dengan Indramayu ini Yance memenangkan pertarungan, kecuali di Pamanukan dan Pusaka Jaya berada di posisi dua raihan suara, kalah dari pasangan PATEN.     



Berbeda dengan wilayah Pantura, dimana PATEN berbagi posisi dengan Yance, di wilayah tengah dan selatan justru Aher-demiz dan Dede-Lex yang menjadi pemenang. Di wilayah ini, Aher berbagi kedudukan pertama dengan Dede-Lex kecuali di Serang Panjang yang dikuasai PATEN dan Tanjungsiang yang dikuasai Yance.  

Fenomena yang terjadi di Serangpanjang dan Tanjungsiang sangat menarik, di kedua wilayah ini justru pemenangnya tidak mengikuti “trend” seperti kecamatan sekitarnya dimana pasangan Aher-Demiz dan Dede-Lex yang berkuasa.

Jadi, berdasarkan trend yang terjadi dapat disimpulkan bahwa wilayah Pantura Subang dikuasai Rieke-Teten dan Yance-Tatang sedangkan di Wilayah Selatan dikuasai Aher-Demiz dan Dede-Lex.

Sayang, pesta demokrasi rakyat Jawa Barat ini tidak disambut antusias warga Subang untuk menggunakan hak pilihnya. Angka golput di Subang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 32% atau hanya 68% masyarakat yang datang ke TPS. DPT Pilgub Jabar Kabupaten Subang sebanyak 1.164.562 pemilih dan yang menggunakan hak pilihnya hanya 792.537 pemilih.