• SEJARAH SUBANG

    Seperti halnya daerah lain, wilayah Subang juga telah mengalami berbagai fase sejarah yang unik. Bebagai fase sejarah yang telah dilalui tersebut telah membentuk wajah Subang saat ini...

  • PESONA SUBANG

    Pesona daerah Ciater, Subang, Jawa Barat bukan hanya pemandian air panasnya saja. Keindahan panorama lereng Gunung Tangkuban Perahu menambah daya tarik wisatawan untuk datang ke tempat ini. Menanti munculnya sang fajar adalah waktu yang sangat tepat Anda berkunjung ke sini...

  • MUSEUM WISMA KARYA

    Ulang tahun Subang baru saja berlalu begitu saja, dan tak banyak orang yang tahu catatan sejarah mengapa tanggal itu dijadikan hari lahir kota ini. Padahal, tepat di pusat kota ini, di titik paling strategis di kota ini, hal itu dapat ditelusuri...

  • WONDERFUL SUBANG

    Subang, sebuah kota unik di pesisir utara pulau jawa. Kota ini memiliki landscape yang lengkap mulai deretan pegunungan di sebelah selatan, dataran rendah di tengah dan hamparan pantai di utara jawa (Pantura) di tambah denga kekayaan flora dan fauna yang menakjubkan. Beragam seni budaya yang dimilikinya menjadikan Subang kota yang memilki potensi pariwisata yang besar untuk berkembang...

Gurih Pedas, Sup Ikan Khas Subang

Jika hendak berkunjung ke Kabupaten Subang dari arah Bandung, tak ada salahnya mencoba sup ikan khas Subang. Ada dua rumah makan di Jalan Cagak, Kabupaten Subang  yang menyuguhkan sup ikan air tawar yaitu Rumah Makan (RM) Sangkuriang dan RM Abah. 

Di RM Abah tersedia sup ikan gurame, nila dan mas. Masing-masing, memiliki cita rasa kelezatan yang berbeda.  "Sup ikan gurame tulang durinya tidak banyak. Sup ikan mas cukup banyak dan sup ikan nila tidak jauh beda seperti ikan gurame," kata Juru Masak RM Abah, Solehudin, belum lama ini.

Rasa dominan dari sup ikan versi RM Abah ini diantaranya, bumbu racikan untuk sup, rasa gurih mendominasi, dengan kuah yang bening bercampur minyak. "Minyak itu sebenarnya dari ikan yang sebelum di bikin sup, digoreng terlebih dulu. Kalau ikan tidak digoreng dulu, nanti dagingnya hancur. Sup ikan ini lebih mengedepankan pada kualitas rasa bumbu," kata dia.

Di RM Abah ini, kuah sup ikan yang bening serta rasa gurih yang mendominasi, berpadu dengan rasa pedas merica yang menyegarkan plus aroma saledri dalam kuahnya.



"Resep bumbu sup ikan ini asli dari Abah, pemilik tempat makan ini. Sup ikan ini dijual per ekor, untuk sup ikan gurame ini dibanderol Rp 70.000, ikan nila Rp 50.000, dan ikan mas Rp 25.000 per potongnya," kata Soleh.

RM Sangkuriang, juga menawarkan menu sup ikan  gurame, nila, dan mas. Manager Operasional RM Sangkuriang, Erwin Saleh mengatakan bahwa ikan air tawar di Subang berbeda dengan ikan-ikan lainnya. Sehingga, karena itulah ikan tawar di selatan Subang ini lebih nikmat diolah dengan sup hingga kemudian dinamakan sup ikan.

"Ikan air tawar di Subang itu berbeda dengan ikan lain pada umumnya. Selain itu, ikan yang akan disup diambil langsung dari kolam peternakan ikan khusus dan bukan ikan yang diambil dari mesin pendingin," kata Erwin.

Sup ikan yang paling diminati  sup ikan gurame dan nila, karena dua jenis ikan ini tidak banyak duri halus di tubuhnya, tidak seperti ikan mas.

"Yang istimewa dari sup ikan di sini adalah menggunakan honje yang berpengaruh memberikan rasa segar dari kuah sup ikan tersebut," ujarnya.

Mita (27), karyawan RM Sangkuriang menambahkan, dari semua jenis sup ikan yang ditawarkan, sup ikan gurame menjadi primadona di tempat ini.

Ikan gurame tidak memiliki banyak tulang, sangat nikmat dihidangkan dengan kuah bening disertai racikan bumbu khas restoran itu. Kuah sup ikan yang dilengkapi bawang daun, bawang merah dan bawang putih, serta tambahan surawung, menjadikan sup ikan ini segar dalam setiap kunyahannya.

"Sup ikan di sini bening dan tidak banyak tambahan bumbu macam-macam. Ada ramuan khas dari pemilik rumah makan ini," kata Mita (27).

Mita menegaskan, sup ikan ini langsung dari peternakan yang ada di sekitar rumah makan tersebut, bukan ikan yang dibekukan di lemari es.

"Ikannya masih ikan segar karena ketika dipesan, ikannya langsung ngambil di kolam ternak kemudian diolah menjadi sup ikan," kata Mita.

Di RM Sangkuriang ini sup ikan gurame dibanderol Rp 11.000 per ons, sementara untuk sup ikan nila Rp 10.000 per ons, dan sup ikan mas Rp 9.000 per onsnya. 


Sup Ikan Khas Kabupaten Subang
RM Abah: Jl Raya Subang - Ciater Km 11,5  Kecamatan Cijambe
RM Sangkuriang: Jl Raya Subang - Ciater Km 11 Kecamatan Cijambe

Sumber   : Tribun Jabar
Penulis   : @langitmegabiru

Hasil Lengkap Matic Race di Sirkuit Gery Mang, Subang


sumber : www.maniakmotor.com

Juara Matic Race asal Subang

Pembalap asal Subang Denny Keder berhasil menyabet dua trofi pada kejuaraan The Master of Maticrace Championship 2013 yang digelar di sirkuit Gery Mang, kota Subang, sepanjang Sabtu (11/4)  hingga Minggu (12/5)  Mei 2013.

Raihan dua trofi tersebut dari enam nomor matic yang dijuarai oleh Denny tersebut masing-masing di nomor matic 130 cc TU Open dan nomor matic FFA s.d 350 cc.

"Saya prediksi pada seri kejuaraan tahun ini, Denny akan kembali jadi juara umum," kata Ketua Pelaksana The Master of Maticrace Chapionship 2013, Helmy Sungkar, kepada wartawan, Minggu (12/5) petang usai berakhirnya kejurnas tersebut.  

Helmy menegaskan, Subang telah menjadi kekuatan baru para pembalap handal di kelas matic. "Dari 100 pembalap matic yang kami asuh di seluruh Indonesia, 20 persennya adalah anak-anak Subang," ujar Helmy.

Ia mengapresiasi kemajuan pesat olah raga otomotif sepeda motor tanpa gigi tersebut khusunya di Subang. "Hasil bagus tersebut karena adanya dukungan kuat dari masyarakat dan pemerintah daerah dengan membangunkan sirkuit yang representative," katanya.

Ketua KONI Kabupaten Subang, Ojang Sohandi menilai,  keberhasilan anak-anak asuhnya, ia optimistis pada Porda Jabar 2014 Bekasi, cabang olah raga otomotif akan bisa meraup medali emas yang signifikan.

"Minimal tiga medadli emas. Saya  menjanjikan hadiah umroh buat para pembalap asal daerahnya yang berhasil meraup medali emas di ajang Porda itu," kata Ojang. 

Pada kejurnas tersebut, nomor lomba Matic 115 cc Std Pemula, dijuarai oleh Aldy M Taufik asal Bandung, Matic 130 cc Std Pemula, disabet Surya Uya Kuya, pembalap asal Tasikmalaya, Matic 150 cc TU Pemula dijuarai Julio Usmanius asal Cikampek.

Nomor lomba Metic 150 cc TU Open direbut pembalap Ferry Octiane asal Bandung. Dan nomor Metic Std 115 cc khusus perempuan disabet Pieka asal Jakarta.

Ada pun dua nomor perlombaan tabahan kelas bebek, masing-masing nomor Bebek 125 cc TU Pemula (MP3) dan Bebek 10 cc TU Pemula (MP4), pembalap asal Bandung Aldie M Taufik, berhasil merebut keduanya.(men)

Penulis : men
Editor : dia
Sumber : Tribun Jabar

17 Pembalap Perempuan Ikut Matic Race Championship di Subang

Sejumlah pembalap motor wanita akan mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) balap motor dalam Kejurnas The Master of Matic Race Championship yang akan digelar di Sirkuit Gary Mang, Subang Sabtu 11 Mei hingga 12 Mei 2013, putaran kedua.

Helmy Sungkar melalui Divisi Promosi Trandy Promo Mandira, Wawan kepada wartawan, Kamis (9/5), mengatakan, kejuaraan balap motor ini akan diikuti lebih dari 350 peserta pria dan perempuan asal Subang.

"Pendaftar dari keseluruhan kelas mencapai 300 lebih starter, 17 di antaranya wanita," katanya.

Ia mengatakan, para pembalap tersebut, datang dari berbagai kota yang ada di Sumatra, Kalimantan, Bali dan Pulau Jawa. "Pembalap dari lokal Subang sendiri sangat banyak. Animo mereka cukup tinggi. Berbeda dengan tahun lalu," kata Wawan.
 
 

Ia mengatakan, para pendaftar kejuaraan kali ini, mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun lalu."Kalau dihitung peningkatannya mencapai 50%, termasuk
pembalap wanita dari yang terdaftar 17, 3 persen diantaranya dari Subang," ujarnya.

Ia mengatakan, pihaknya mempersiapkan kendaraan untuk para pembalap wanita yang akan mengikuti kejurnas tersebut.

"Pembalap wanita sudah disiapkan dan sampai Kamis sore di sirkuit sudah ada  15 kendaraan. Karena itu, kepada para penggemar balap sepeda motor matic yang ingin mencoba sirkuit masih
diberi kesempatan untuk mendaftar hingga Jumat siang," ujarnya.

Bupati Subang, H.Ojang Sohandi menyambut baik kejuaraan ini yang sudah menjadi agenda tetap bagi promotor Trandy Promo Mandira dan penyelenggara lain. Sebab, dengan dibangunnya sirkuit tujuannya guna menyalurkan bakat dan minat generasi muda di bidang otomotif.

"Kami juga mohon maaf bila kondisi sirkuit belum 100% sempurna namun tetap berkomitmen akan diselesaikan
sehingga menjadi sirkuit termegah di Jawa Barat bahkan Nasional, "katanya. (men)

Penulis : men
Editor : dia
Sumber : Tribun Jabar

Semua anak di Indonesia mungkin sudah tidak asing dengan yang namanya Odong – odong. Namun tahukah Anda dari mana asal mulanya?. Setelah ditelusuri ternyata pada mulanya Odong – odong merupakan sebutan lain dari kesenian Sisingaan, seni tradisional yang berasal dari Subang, Jawa Barat.

Tak diketahui secara pasti siapa yang menciptakan kesenian ini. Menurut Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional (BPSNT) Bandung, kesenian ini diperkirakan sudah mulai muncul sekitar tahun 1840 ketika masa penjajahan Belanda di Indonesia. Saat itu meskipun secara politis wilayah Subang dalam kekuasaan Belanda namun secara ekonomi Subang di kuasai oleh Inggris melalui perusahaan perkebunan P & T Lands (Pamanoekan en Tjiasemlanden) yang menguasai hampir seluruh wilayah Subang.

Saat itu masyarakat Subang mendapat tekanan secara politik, ekonomi sosial dan budaya dari pihak Belanda maupun Inggris. Untuk melakukan perlawanan, mereka tidak hanya melakukannya secara fisik tetapi juga melalui bentuk kesenian Sisingaan. Kesenian ini merupakan bentuk ungkapan rasa ketidakpuasan, ketidaksenangan, atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada pihak penjajah.

Secara filosofis para pengusung Sisingaan melambangkan masyarakat pribumi yang tertindas / terjajah. Sepasang patung Sisingaan melambangkan penjajah Inggris dan Belanda. Nayaga melambangkan masyarakat yang berjuang dan memberi semangat kepada generasi muda untuk dapat megusir penjajah dari daerah mereka. Sedangkan anak kecil penunggang singa melambangkan generasi muda yang suatu saat bisa mengusir penjajah. Anak kecil penunggang Sisingaan yang biasanya menjambak rambut Sisingaan merupakan salah bentuk ekspresi kebencian kepada kaum penjajah.




Dengan menggunakan simbol – simbol dalam Sisingaan tersebut masyarakat Subang bisa mengekspresikan perasaan mereka secara terselubung tanpa di curigai oleh para penjajah. Bahkan para penjajah malah merasa bangga karena lambang negara mereka (singa) dijadikan sebagai bentuk kesenian rakyat. Padahal kesenian itu merupakan simbol perlawanan terhadap mereka.

Pada zaman dahulu sisingaan dibuat dengan sangat sederhana, bagian kepala sisingaan terbuat dari kayu, rambut terbuat dari bunga atau daun kaso dan daun pinus. Sedangkan badan sisingaan terbuat dari carangka (anyaman bambu) yang besar dan ditutupi dengan karung karung goni atau terbuat dari kayu yang masih utuh atau kayu gelondongan. Untuk usungan sisingaan terbuat dari bambu untuk bisa dipikul oleh 4 orang. Saat ini bentuk sisingaan sudah dibuat semirip mungkin dengan bentuk singa asli.

Waditra pada masa itu sangat sederhana, hanya memakai beberapa alat musik saja (seperti beberapa angklung pentatonis berlaras salendro). Sekitar tahun 1968 mulai dimasukkan unsur ketuk tilu dan silat. Hal ini dapat dilihat dari penggabungan waditra yakni adanya tambahan dua buah gendang besar (gendang indung), terompet, tiga buah ketuk, dan sebuah kulanter (gendang kecil), bende (gong kecil), serta kecrek namun kemudian berkembang seperti saat ini.

Pada awalnya gerakannya para penarinya pun masih sangat sederhana dan dilakukan secara spontan. Demikian juga dengan busana yang dikenakan para penarinya. Pada mulanya para penari Sisingaan hanya mengenakan kampret, pangsi, iket seperti masyarakat umumnya. Namun sekarang baik gerakan tari maupun busana telah mengalami perkembangan tanpa meninggalkan kesan tradisionalnya.



Selain itu seiring dengan perkembangan zaman fungsi Sisingaan juga semakin luas. Pada awal terbentuknya kesenian Sisingaan terbatas hanya untuk sarana hiburan pada saat khitanan seorang anak, dengan cara melakukan helaran keliling kampung. Namun pada saat ini kesenian Sisingaan mempunyai fungsi yang beragam antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat atau acara seremonial lainnya.
Saat ini kesenian Sisingaan sudah sangat dikenal tidak hanya di daerah Subang saja. Di daerah sekitar kabupaten Subang pun bermunculan grup – grup seni Sisingaan. Penyebutan nama kesenian ini kadang berbeda di setiap daerah, ada yang menyebutnya odong-odong, citot, kuda depok, kuda ungkleuk, kukudaan, kuda singa atau singa depok.

Masyarakat pesisir pantura Jawa Barat biasanya menyebutnya dengan Odong – odong. Kesenian ini kemudian menjadi cikal bakal odong – odong yang sangat digemari anak – anak saat ini. Odong – odong yang asalnya diusung kemudian mengalami modifikasi dengan dipasangkan pada badan becak. Hingga akhirnya bentuk Sisingaan yang dipasang pada becak justru yang dimodifikasi menjadi bentuk lain, seperti bentuk kuda-kudaan hingga bentuk komidi putar, namun tetap menggunakan istilah Odong – odong.

Kabupaten Subang sebagai daerah asal Sisingaan sangat gencar mempromosikan kesenian ini. Setiap tahun di daerah ini di gelar festival Sisingaan. Bahkan pada bulan Pebruari 2012 digelar pemecahan rekor MURI Sisingaan dengan jumlah penari terbanyak. Semoga kesenian yang sarat akan makna perjuangan ini akan tetap dicintai masyarakat.

Pebalap Subang berpeluang dominasi "matic race" dua

Pebalap tuan rumah berpeluang besar mendominasi jalannya perlombaan "Pertamina Enduro-COMET-KYT-R9-BRT The Master Of Matic Race Champ 2013" seri dua di Sirkuit Gery Mang Subang Jawa Barat, 11-12 Mei.

Peluang ini cukup terbuka setelah pada seri pertama di Sirkuit Kecil Sentul, pebalap Subang mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dari sembilan kelas yang dipertandingkan, empat kelas di antaranya dijuarai oleh pebalap Subang.

"Pasti akan jauh lebih ketat persaingan di Subang nanti, apalagi pebalap tuan rumah cukup dominan pada seri sebelumnya," kata promotor perlombaan dari Trendypromo Mandira, Helmy Sungkar di Jakarta, Rabu.





Pebalap muda asal Subang yang berpeluang menjadi yang terbaik pada seri kedua kejuaraan khusus motor matik ini adalah Surya Uya Kuya yang pada iseri pertama mampu meraih posisi pertama di dua kelas yaitu 115 cc standar pemula dan 150 cc tune up pemula.

Ada juga Danny Keder yang sukses menjadi yang terbaik di kelas 150 cc tune up open dan Anjar Purnama yang sukses menjadi pemuncak kelas 110 cc standar pemula. Ada lagi peluang pebalap yang bisa menyodok yaitu R. Alvus yang diseri pertama menjadi runner up kelas 125 cc tune up pemula.

"Pertamina Enduro-COMET-KYT-R9-BRT The Master Of Matic Race Champ 2013" terbagi dalam lima seri dan sebanyak sembilan kelas yang dipertandingkan. Dalam setiap seri hadiah total yang diperebutkan mencapai Rp70 juta.(www.antaranews.com)

Siapa sangka, sebuah pesantren dhuafa yang berlokasi di daerah Subang Jawa Barat yang tadinya hanya berorientasi melahirkan ahli agama dan anak-anak yang berahlak mulia, kini dapat memetamorfosis menjadi sebuah yang tempat perkumpulan yang menghasilkan enterprenuer lokal yang berorientasi internasional tanpa harus meninggalkan segi-segi ke Islaman yang hakiki.

Sebut saja Siti Bilqis, alumni pesantren Miftahul Hidayah ini bersama dengan ponpes, melakukan terobosan baru bagi orang banyak. Berbekal pengalaman, buku-buku dan sejumlah uang yang di dapat dari hasi jerih payahnya di Hongkong menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Bilqis mencoba membuka cakrawala pemikiran masyarakat di kampungnya dengan membuka Rumah baca, agar masyarkat dan anak-anak di desanya gemar membaca. “Sebab dengan kita bisa membaca, kita dapat membuka jendela dunia dan mengetahui isinya,” jelas Bilqis.

Dengan latar belakang hidup yang pahit, Bilqis tidak ingin para tetangga atau masyarakat kampungnya turut mengalami apa yang dideritanya selama ini. Semenjak di tinggal pergi untuk selama-lamanya oleh kedua orangtuanya pada tahun 2005. Dirinya bertekad akan terus menuntut ilmu meski dirinya harus berkorban menjadi TKI di Hongkong. Sebab untuk menuntaskan pendidikannya, Bilqis harus rela membagi waktu kerjanya dengan bersekolah persamaan kejar paket C yang ada di hongkong. “ Saya masih ingat pesan kedua orangtua saya, agar saya tetap harus menamatkan sekolah. Makanya saat ada kesempatan dapat menuruskan sekolah meski persamaan paket C , saya tetap menjalaninya dengan senang,” terang mantan volunteer DD Hongkong ini.

Setelah beberapa bulan membuka rumah baca Bilqis yang berada di kampungnya Subang Jawa Barat, ternyata tanggapan para masyarakat setempat sangat antusias sekali dengan apa yang dilakukan mantan TKI Hongkong ini, terutama pimpinan pondok pesantren Miftahul Hidayah (MH). Dengan niat yang tulus untuk memajukan dan membantu mensejahtrakan umat, bersama-sama MH management, Bilqis mencoba menuangkan konsep-konsep yang terpendam selama ini.



Dimulai dari pembuatan Layanan KesehatanTerpadu (LKT) dan kursus komputer bagi para masyarakat di desa dan anak-anak ponpes setiap hari minggu pada salah satu sudut ruangan ponpes Miftahul Hidayah. Dengan di realisasikannya ide awal tersebut, tidak membuat Bilqis dan MH management merasa puas atas pekerjaannya itu. Apalagi dengan atusiasme masyarakat desa dalam merespon ide-ide Bilkis dan MH management, Bilqis segera membuat proposal bantuan kepada lembaga-lembaga resmi daerah guna membantu merealisasi ide-ide lainnya. Seperti memasok bahan baku pembuatan kripik, yang dilakukan para ibu-ibu dilingkungan pesantren. “Kita memang memperdayakan ibu-ibu di sekitar lingkungan pesantren agar dapat menambah penghasilan dari usaha pembuatan kripik singkong ini,” kata Bilqis.

Tidak sampai disitu saja inovasi yang dilakukan Bilqis bagi masyarakat, dirinya juga merambah sektor jasa resto bagi kaum dhuafa. Yang mana semua para pegawainya berasal dari para santri dan anak-anak muda desa sekitar pondok pesantren. Tidak heran, dengan kegigihannya dalam meningkatkan usaha yang digelutinya, usaha resto Bilqis dan MH management yang diberi nama kafe mandani, kini memiliki 5 cabang outlet yang tersebar di wilayah Subang Jawa Barat.

Untuk mendukung usaha restonya, Bilqis dan MH management juga membuka pasar pagi “Kampung Kuliner Fajar” yang menyediakan segala macam bentuk jajanan pagi khas kampung. Hal ini bertujuan agar masyarakat luas tahu, bahwa MH Management berfokus pada dan komitmen dengan pemberdayaan masyarakat. Bahkan jajaran Pemda Subang, termasuk Bupati, dinas Koprasi dan UMKM serta lembaga pendidikan lainnya mendukung usaha-usaha Bilqis dan MH managementnya. “ Tidak mengherankan jika desa Kiarasari terpilih oleh Dompet Dhuafa sebagai desa percobaan yang dinamakan Lumbung Desa”, bangga Bilqis.(migrantinstitute.net)