Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencabut status
waspada Gunung Tangkuban Parahu. Terhitung pukul 16.30 WIB (18 Maret 2013), status
Tangkuban Parahu diturunkan kembali menjadi normal atau level I. Mulai hari selasa, tanggal 19 Maret 2013 TWA Tangkuban Parahu pukul 10.00 mulai dibuka kembali untuk umum.
"Berdasarkan
hasil pengamatan kegempaan, deformasi, visual, pengukuran gas, suhu
kawah dan tanah serta analisis data, maka status Gunung Tangkuban Parahu
diturunkan dari waspada jadi normal," kata Kepala PVMBG Surono di
Kantor PVMBG, Kota Bandung, Senin (18/3/2013).
Dari segi
kegempaan jumlahnya kini sangat sedikit jika dibanding beberapa waktu
lalu. Terhitung 14-18 Maret tercatat hanya ada 1 kali gempa vulkanik
dalam, 14 gempa vulkanik dangkal, serta 5 gempa tektonik jauh. Bahkan
sejak 8 Maret, tremor sudah tidak ada di lokasi.
"Deformasi juga menunjukkan adanya penurunan, dan stabil," ucap Surono.
Kadar
SO2 di sekitar lokasi yang awalnya mencapai 5,3 ton per hari, saat ini
jumlahnya jauh lebih sedikit yaitu 2,1 ton per hari. Sedangkan
konsentrasi gas CO2 dan H2S di dekat dasar Kawah Ratu masing-masing
sekitar 600 ppm dan 11 ppm.
Meski sudah berstatus normal, ia
mengimbau agar pengunjung atau wisatawan tidak turun ke dasar kawah Ratu
dan Upas. Bahkan pada malam hari diharapkan tidak tidur di sekitar
kiosnya yang ada di dekat Kawah Ratu.
"Walaupun gas sudah turun,
tapi masih relatif keluar. Jika mendung, saya khawatir terjadi akumulasi
dan tersebar di sekitar Kawah Ratu dan mengganggu warga yang ada di
sekitar," jelas Surono.
Warga juga diminta tetap waspada
mengantisipasi berbagai hal. "Masyarakat juga diharapkan tidak
terpancing dengan isu-isu tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu dan
selalu mengikuti arahan dari BPBD setempat," tandas Surono.
Sumber : Detik
Sejak
dikukuhkan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober
2009 lalu, batik Indonesia mengalami perkembangan cukup signifikan. Setiap daerah di Indonesia berlomba-lomba
mempromosikan motif batik khas daerahnya, demikian pula daerah yang tidak
memiliki budaya membatik, kini mulai
merintis mengembangkan batik dengan motif yang menggambarkan ciri khas
daerahnya masing-masing.
Salah
satu pelopor pengembangan batik di Subang adalah Arves Batik yang berlokasi di
daerah Cinangsi, Kecamatan Cibogo. Industri batik rumahan pimpinan Bapak Wawang
Suwarno ini mulai dirintis sejak sekitar tahun 2009 silam. Disini, batik
benar-benar diproduksi dari tahap awal menggambar hingga tahap akhir pemberian
warna. Pengrajin batik yang lainnya di Subang, hanya membuat gambar motif
kemudian memproduksi batiknya di luar Subang.
Motif
batik yang diproduksi menggambarkan ciri khas wilayah Subang, diantaranya motif
batik ganasan yang terinspirasi corak buah nanas yang merupakan buah khas
Subang. Adapula motif sisingaan, daun teh, kukupu dan lain – lain yang menggambarkan
flora, fauna dan kekayaaan budaya yang menjadi ciri khas wilayah Subang.
Batik
ganasan adalah motif yang sangat mungkin untuk lebih dikembangakan dan dapat menjadi
motif batik identitas Subang. Motif Ganasan bisa berupa corak kulit nanas, bentuk buah nanas ataupun bentuk daun nanas.
Batik motif ganasan
Motif ganasan yang belum di celup warna
Motif lainnya :
Motif GubernuranMotif ganasan yang belum di celup warna
Batik Subang juga pernah diangkat dalam acara MATA LENSA, yaitu sebuah acara bertema fotografi hasil kreatifitas komunitas foto Bingkai Fotografi Subang yang ditayangkan di ANTV. Ulasannya dapt disimak dalam artikel SUBANG DALAM MATA LENSA.
ARVES BATIK
Alamat : Griya Cinangsi Asri Blok B 256-258 Cibogo, Subang
Contact Person : Wawang Suwarno (Owner)
No. Telepon : 087828413369 / 085222272099 / 0260-416989
No. Telepon : 087828413369 / 085222272099 / 0260-416989
Pemilihan Gubernur Jawa Barat
baru saja usai, meskipun KPU Jawa Barat belum menetapkan secara resmi
pemenangnya namun berdasarkan hasil Quick
Count maupun Real Count KPU
hampir dipastikan petahana Ahmad Heryawan akan melanjutkan kepemimpinannya,
kali ini bersama pasangan barunya Deddy Mizwar. Berdasarkan hasil real count KPU petahana Ahmad Heryawan
menduduki peringkat pertama raihan suara sebesar 31.9%, diikuti Rieke 28.7%, Dede 25.2%, Yance
12.4% dan Dikdik 1.7%.
Berbeda dengan hasil seluruh Jawa
Barat, di Subang pasangan Rieke dan Teten justru memperoleh raihan suara
terbanyak sama dengan wilayah Pantura Jabar lainnya. Rieke-Teten meraih 28.4%
suara masyarakat Subang, disusul pasangan Aher-Demiz 25.4% suara, Dede-Lex
22.6%, Yance-Tatang 20.6% dan Dikdik-Cecep 2.9% suara.
Pasangan PATEN menang di 15
kecamatan di Kabupaten Subang, terutama di pantura. Kecamatan tersebut adalah
Kalijati, Pabuaran, Purwadadi, Pagaden, Binong, Ciasem, Pamanukan, Blanakan, Patok Beusi, Cibogo,
Cipunagara, Cipeundeuy, Cikaum, Serang Panjang dan Pusakajaya. Pasangan ini
meraih suara cukup signifikan di Pusakajaya 36.2% dan Cikaum 40.3%.
Pasangan Aher-Demiz menang di 7
Kecamatan, terutama di Subang bagian Tengah dan Selatan yaitu : Cisalak, Subang
kota, Cijambe, Pagaden barat, Kasomalang, Ciater dan Dawuan.
Pasangan Yance-Tatang menang di 6
Kecamatan, yaitu: Pusakanagara, Tanjungsiang, Compreng, Legonkulon, Sukasari
dan Tambak dahan. Yance menang signifikan di Compreng 37.5%, Legonkulon 36.4%
dan Tambakdahan 40%.
Pasangan Dede-Lex menang di 2 Kecamatan
yaitu Sagalaherang dan Jalan Cagak. Kemenangan Dede di Sagalaherang mencapai
35.6%.
Ada beberapa hal yang menarik
untuk dicermati berdasarkan data di atas. Kemenangan PATEN terutama terjadi di
wilayah Pantura Subang dan sebagian wilayah tengah. Namun, untuk wilayah
Pantura sebelah timur tenyata PATEN harus berbagi kedudukan dengan Yance. Di
wilayah yang berbatasan dengan Indramayu ini Yance memenangkan pertarungan,
kecuali di Pamanukan dan Pusaka Jaya berada di posisi dua raihan suara, kalah
dari pasangan PATEN.
Berbeda dengan wilayah Pantura,
dimana PATEN berbagi posisi dengan Yance, di wilayah tengah dan selatan justru
Aher-demiz dan Dede-Lex yang menjadi pemenang. Di wilayah ini, Aher berbagi
kedudukan pertama dengan Dede-Lex kecuali di Serang Panjang yang dikuasai PATEN
dan Tanjungsiang yang dikuasai Yance.
Fenomena yang terjadi di
Serangpanjang dan Tanjungsiang sangat menarik, di kedua wilayah ini justru
pemenangnya tidak mengikuti “trend” seperti kecamatan sekitarnya dimana
pasangan Aher-Demiz dan Dede-Lex yang berkuasa.
Jadi, berdasarkan trend yang terjadi dapat disimpulkan bahwa
wilayah Pantura Subang dikuasai Rieke-Teten dan Yance-Tatang sedangkan di
Wilayah Selatan dikuasai Aher-Demiz dan Dede-Lex.
Sayang, pesta demokrasi rakyat
Jawa Barat ini tidak disambut antusias warga Subang untuk menggunakan hak
pilihnya. Angka golput di Subang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 32% atau
hanya 68% masyarakat yang datang ke TPS. DPT Pilgub Jabar Kabupaten Subang
sebanyak 1.164.562 pemilih dan yang menggunakan hak pilihnya hanya 792.537
pemilih.