Saya begitu terhanyut ketika pertama kali mendengar alunan suara alat
musik tradisional ini. Alunan suaranya sedikit mirip Saxophone,
tak terlalu melengking seperti suling tetapi terdengar lebih lembut
sehingga memberikan kesan ketenangan bagi siapapun yang mendengarnya.
Nada yang ditimbulkannya bisa begitu harmonis mengikuti alat musik sunda
yang lain, seperti celempung ataupun gembyung yang musiknya lebih
dinamis.
Namanya toleat, sebuah alat musik tiup yang terbuat dari bambu mirip
dengan suling, tapi nada yang dihasilkannya berbeda. Siapa sangka, alat
musik ini merupakan master piece anak gembala di pantura Subang, Jawa Barat yang merupakan daerah pertanian yang luas.
Namanya Parman, awalnya beliau terinspirasi oleh mainan yang biasa
dibuat anak-anak ketika menggembalakan ternak mereka disawah. Mainan
yang berupa alat musik tiup tersebut mereka namakan sesuai bunyi yang
ditimbulkannya, yaitu “Empet-empetan” dan “Ole-olean”.
Ketika panen padi tiba, biasanya mereka membuat “Empet-empetan” dari
potongan batang padi sisa panen. Sedangkan ketika musim padi usai ,
karena tidak ada batang padi maka mereka membuat alat musik lain, yaitu
“Ole-olean” yang terbuat dari pelepah pohon papaya.
Karena bahan yang digunakan untuk membuat alat musik tersebut cepat
rusak, kemudian Parman mencari bahan lain untuk membuatnya. Awalnya
Parman menggunakan bahan dari ujung bambu dan lidahnya (peniupnya)
terbuat dari kayu pohon berenuk yang dililit rotan.
Pada perkembangan selanjutnya Toleat dibuat dari bambu tamiang dan di
beri lubang – lubang seperti halnya suling, sehingga menimbulkan banyak
nada. Yang membedakannya dengan suling adalah bagian peniupnya yang
terbuat dari kayu pohon berenuk.
Awalnya Toleat hanya berfungsi sebagai alat hiburan pribadi yaitu
untuk mengusir jenuh ketika menggembalakan ternak. Tak ada lagu khusus
yang dimainkan oleh anak gembala, hanya mengandalkan keunikan bunyi yang
ditimbulkan dari alat musik tersebut.
Saat ini Toleat telah menjadi bagian dari seni pertunjukkan. Bukan
hanya di Subang, tapi juga di wilayah Jawa Barat bahkan pernah
dipentaskan di manca negara. Alat musik ini dapat dengan harmonis
dipadukan dengan alat musik tradisional yang lain seperti kacapi,
gamelan, gembyung, karinding, celempung dan lain-lain. Bahkan bisa juga
dimainkan bersama alat musik modern seperti keyboard bahkan orchestra
sekalipun.
Alat musik yang merupakan masterpiece dari anak gembala ini telah menambah khasanah musik Indonesia. Tugas warga Indonesia untuk melestarikannya.
Artikel ini dapat juga dibaca di www.palingindonesia.com
0 komentar:
Posting Komentar