Jalan setapak, kicauan
burung, dan kawanan monyet yang bergelantungan di pepohonan membuat
kami merasa berada dalam film Indiana Jones. Hanya saja, ini adalah
jalan menuju Curug Cileat yang ada di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Curug Cileat, Subang
Dari Kota Subang,
arahkan kendaraan Anda ke arah selatan, menuju Desa Mayang di Kecamatan
Cisalak. Curug Cileat berada di kawasan perbukitan desa ini.S etelah
kendaraan di parkir di kaki bukit, petualangan seru akan dimulai!
Pematang sawah menjadi
jalur pertama yang kami lewati. Tak jauh dari situ, mengalir sungai
jernih berarus deras yang hulunya berada di puncak Curug Cileat. Suara
gemuruh air sungai itu masih terdengar hingga kami memasuki jalan
setapak di tengah hutan.
Lambat laun, suara
gemuruh itu digantikan oleh suara kicauan burung. Alangkah imut suara
mereka, bersahutan diselingi teriakan monyet-monyet liar. Para monyet
itu bergelantungan di atas pohon, sesekali melihat ke arah kami.
Di perjalanan, kami
berpapasan dengan para petani yang memiliki sawah di lereng bukit.
Kadang ada pula yang tengah menggembala kerbau.
Setelah melewati jalan
setapak yang cukup panjang dengan kontur tanjakan, kami sampai di
sebuah air terjun. Tunggu dulu, bukan ini yang disebut dengan Curug
Cileat. Air terjun (yang dalam bahasa Sunda disebut Curug) ini tidak
terlalu besar. Bisa menjadi lokasi istirahat sebelum kami melanjutkan
perjalanan ke Curug Cileat. Cuci muka di air dinginnya sangat
menyegarkan!
Curug Sebelum Curug Cileat
Perjalanan selanjutnya
lebih menantang. Suasana hutan tropis makin kental. Kami melewati jalan
setapak yang berada di antara tebing dan jurang yang kadang dalam.
Suasana menjadi sedikit gelap karena rimbunan pohon yang semakin rapat.
Bagi Anda yang
kehabisan air minum, tak perlu khawatir karena di dinding tebingnya
banyak sumber air yang memancar. Tentu saja air ini bisa langsung
diminum. Murni dan segar!
Kami sampai pada air
terjun berikutnya. Lagi-lagi, bukan inilah Curug Cileat yang dimaksud.
Kami beristirahat sambil menikmati keindahan air terjun. Kami tak
berlama-lama istirahat karena Curug Cileat yang menjadi tujuan utama
masih lumayan jauh.
Sawah Berundak, Sebelum Curug Cileat
Dari sini, kami
melewati hamparan sawah berundak. Pemandangannya serupa dengan pesawahan
di Ubud, Bali! Di tengah sawahnya, terdapat sebuah saung yang juga
dijadikan tempat pengolahan gula aren oleh petani setempat. Anda juga
bisa istirahat di saung ini, sambil menyaksikan aktivitas para petani.
Jarak darai saung ini
menuju Curug Cileat tinggal satu kilometer lagi. Mulai dari sini,
kawanan monyet semakin banyak. Mereka bergelantungan di pohon, bahkan
terkadang jaraknya sangat dekat dengan kita!
Semakin dekat dengan
Curug Cileat, suara gemuruh air makin kencang. Akhirnya, kami melihat
air terjun yang kata orang menakjubkan ini.
Curug Sebelum Curug Cileat
Letih perjalanan
seketika terobati. Airnya yang deras sukses membuat kami basah kuyup,
walaupun masih berjarak 100 meter dari air terjunnya. Namun, air yang
sangat dingin ditambah udara yang menusuk tulang sukses membuat kami
menggigil.
Puas berbasah-basahan,
saatnya kami pulang. Tunggu dulu, tak lengkap rasanya bila Anda
berkunjung ke sini tanpa membawa buah tangan. Gula aren buatan para
petani lokal bisa Anda jadikan oleh-oleh, atau camilan sepanjang
perjalanan menuruni bukit. Gula aren dikenal sebagai salah satu sumber
tenaga paling baik.(Budiana - detik.travel)
0 komentar:
Posting Komentar